Perlakuan terhadap orang miskin
35” Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan
diantaramu ,maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang,
supaya ia dapat hidup diantaramu. 36Janganlah engkau mengambil bunga uang atau
riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu
dapat hidup diantaramu. 37 Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan
meminta bunga juga makananmu janganlah keberikan dengan meminta riba.38 Akulah
Tuhan, Allahmu,yang membawah engkau keluar dari tanah mesi, untuk memberikan
kepadamu tanah kanaan supaya Aku menjadi Allahmu.
(Imamat
25:35-38)
Kemiskinan adalah topik yang selalu hangat diperbincangkan, baik dari dulu
sampai saat ini, dalam PL dan PB. Kemiskinan dianggap sebagai situasi yang tidak
diinginkan oleh siapa pun. Di dalam sejarah Israel, kemiskinan membuat mereka
harus meminjam kepada orang yang lebih kaya. Meminjam adalah praktek umum di
masyarakat Ibrani, sehingga diperlukan aturan agar masyarakat miskin tidak
menjadi korban oleh kreditur. Di dalam situasi yang seperti itulah Allah
mengingatkan bangsa itu untuk menolong orang yang miskin. Dalam ayat 35,
dikatakan: “apabila saudaramu jatuh miskin sehingga tidak sanggup bertahan di
antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang
supaya ia dapat hidup di antaramu”. Seorang saudara yang jatuh miskin
seharusnya didukung (diperkuat) dengan sesama orang Israel, dan tidak diizinkan
untuk mengambil keuntungan dari kebutuhan orang miskin. Nas ini menunjukkan bahwa jika seseorang mengambil keuntungan dari saudaranya yang
miskin, ia tidak takut kepada Allah. Allah menetapkan tahun Yobel, menjadi
tahun peringatan bagi mereka untuk membebaskan, baik budak, tanah, bahkan orang
yang meminjam kepada mereka. Dan senantiasa mengingat bahwa ada maksud dan tujuan
Allah dalam pemilihan bangsa yaitu untuk pelayanan. Dan apabila itu disangkal
maka pilihhan itu akan kehilangan maknanya. Israel pertama-tama haruslah
melayani kaum marginal yang ada di antara mereka yaitu : para yatim piatu, para
janda, orang-orang miskin dan orang-orang asing.
Orang-orang miskin di dlam Alkitab digambarkan dengan nama. Yesus misalnya
menyebut mereka dengan: orang miskin, yang buta, penderita kusta, yang
lapar,mereka yang menangis, orang-orang berdosa, pemungut cukai, mereka yang
dirasuk setan, yang tertindas, tertawan, mereka yang letih lesu dan
berbeban berat, masyarakat umum yang tidak tahu apa-apa tentang Taurat,
orang-orang kecil, yang paling kecil yang terakhir adalah domba yang hilang
dari bangsa Israel, bahkan para pelacur. Mereka adalah orang yang mau tidak mau
kuatir tentang hari esok (Mat.6:34) dan kuatir tentang apa yang dimakan dan dipakai
(Mat 6:25). Yesus mengatakan orang-orang miskin akan selalu ada
di tengah-tengah kamu.
Bahan diskusi:
1. Bagaimana sikap kita terhadap
banyaknya orang miskin di sekitar kita???
2. Kemiskinan merupakan fenomena yang
sudah setua peradaban manusia, tetapi belum dapat dipahami sepenuhnya dan upaya
untuk mengentaskannya belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Bahkan krisis
ekonomi yang berkepanjangan di indonesia, pengangguran dan orang miskin baru
semakin bertambah. Menurut saudara/(i) mengapa kemiskinan di negara kita
semakin sulit ditemukan pemecahannya???
3. Apa yang dimaksud dengan
kemiskinan??(menurut pendapat anda)
Ketika membaca kitab Imamat, kita mungkin merasa
aturan-aturan di dalamnya begitu berat. Kaku. Dingin. Tanpa kasih. Padahal, di
dalamnya ada cerminan kasih, baik kasih Allah kepada manusia maupun kasih
kepada sesama. Berikut ini aspek-aspek kasih yang ada dalam kitab Imamat :
1.
Pengampunan yang ditawarkan lewat persembahan kurban itu sendiri
merupakan cerminan kasih Allah. Keadilan Allah menuntut Dia menghukum dosa.
Tetapi kasih Allah menuntut Allah mengampuni dosa. Bagaimana agar keadilan dan
kasih Allah ini bisa bertemu dan dipuaskan? Melalui kurban. Kurban itu harus
mati sebagai ganti kematian orang yang berdosa untuk memuaskan keadilan Allah.
Tetapi akibatnya, orang yang mempersembahkan kurban diampuni sehingga kasih
Allah juga dipenuhi.
2.
Orang miskin yang melakukan dosa juga harus mempersembahkan kurban.
Tetapi mereka tidak dituntut untuk mempersembahkan kurban yang di luar
kemampuan mereka. Mereka dapat mengganti domba atau kambing dengan sepasang
burung tekukur atau merpati muda yang tentu harganya jauh lebih murah. Kalaupun
orang itu masih tidak mampu membeli burung tersebut, mereka bisa memberikan
satu kilogram tepung (5:7-13).
3.
Ada sebuah ayat yang dikutip oleh
Tuhan Yesus, dan kemudian menjadi ayat yang terkenal, seolah-olah itu suatu
ajaran baru, yaitu: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ayat
ini ditulis dalam Imamat 19:18, yang kemudian dikutip oleh Yesus ketika
ditanyai tentang hukum yang terutama dalam hukum Taurat (Mat. 22:37-39). Bahkan
ayat ini sebenarnya didahului oleh ayat-ayat yang menunjukkan kasih itu,
“Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu” (19:17) dan “Janganlah
engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang
sebangsamu” (19:18). Sesuatu yang ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Khotbah
di Bukit.
4.
Aturan-aturan tentang budak juga
menunjukkan kasih. Bangsa-bangsa lain memperlakukan budak tidak ubahnya seperti
harta benda lainnya yang layak mereka perlakukan semau mereka, bahkan si tuan
mungkin lebih menyayangi binatang peliharaannya daripada budaknya. Tetapi
bangsa Israel dilarang untuk memperlakukan budak semena-mena dan bahkan harus
dibebaskan pada tahun ketujuh dan di tahun pengembalian (19:20-22; 25:39-55;
bandingkan dengan Kel. 21:1-11; Ul 15:12-18).
5.
Tanah orang yang jatuh miskin dan
dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, harus dikembalikan pada tahun
pengembalian (25:8-17; 23-34).
6.
Orang yang jatuh miskin harus
disokong agar bisa tetap hidup. Jika mereka masih harus berhutang, mereka tidak
perlu membayar bunga. Jika mereka masih harus membeli makanan, maka makanan itu
dijual kepada mereka tanpa keuntungan (25:35-38).
7.
Ketika Allah harus menghukum
umat-Nya yang tidak mau taat, Allah tidak serta-merta membinasakan habis
mereka. Hukuman tersebut diberikan secara bertahap agar mereka punya kesempatan
untuk bertobat. Ketika akhirnya hukuman terberat diberikan yaitu memberikan
tanah negeri itu kepada bangsa lain dan menyerak-nyerakkan umat-Nya ke
bangsa-bangsa lain, Dia masih tetap mengingat umat-Nya dan berniat memulihkan
mereka (26:14-45). Ini memang terjadi dalam sejarah bangsa Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar