Selasa, 29 Januari 2013

Bahan PA GMKI Palu


Perlakuan terhadap orang miskin
35” Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan diantaramu ,maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup diantaramu. 36Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup diantaramu. 37 Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga juga makananmu janganlah keberikan dengan meminta riba.38 Akulah Tuhan, Allahmu,yang membawah engkau keluar dari tanah mesi, untuk memberikan kepadamu tanah kanaan supaya Aku menjadi Allahmu. 
(Imamat 25:35-38)

           Kemiskinan adalah topik yang selalu hangat diperbincangkan, baik dari dulu sampai saat ini, dalam PL dan PB. Kemiskinan dianggap sebagai situasi yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Di dalam sejarah Israel, kemiskinan membuat mereka harus meminjam kepada orang yang lebih kaya. Meminjam adalah praktek umum di masyarakat Ibrani, sehingga diperlukan aturan agar masyarakat miskin tidak menjadi korban oleh kreditur. Di dalam situasi yang seperti itulah Allah mengingatkan bangsa itu untuk menolong orang yang miskin. Dalam ayat 35, dikatakan: “apabila saudaramu jatuh miskin sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang supaya ia dapat hidup di antaramu”. Seorang saudara yang jatuh miskin seharusnya didukung (diperkuat) dengan sesama orang Israel, dan tidak diizinkan untuk mengambil keuntungan dari kebutuhan orang miskin. Nas ini menunjukkan bahwa jika seseorang mengambil keuntungan dari saudaranya yang miskin, ia tidak takut kepada Allah. Allah menetapkan tahun Yobel, menjadi tahun peringatan bagi mereka untuk membebaskan, baik budak, tanah, bahkan orang yang meminjam kepada mereka. Dan senantiasa mengingat bahwa ada maksud dan tujuan Allah dalam pemilihan bangsa yaitu untuk pelayanan. Dan apabila itu disangkal maka pilihhan itu akan kehilangan maknanya. Israel pertama-tama haruslah melayani kaum marginal yang ada di antara mereka yaitu : para yatim piatu, para janda, orang-orang miskin dan orang-orang asing.
                 Orang-orang miskin di dlam Alkitab digambarkan dengan nama. Yesus misalnya menyebut mereka dengan: orang miskin, yang buta, penderita kusta, yang lapar,mereka yang menangis, orang-orang berdosa, pemungut cukai, mereka yang dirasuk setan, yang tertindas, tertawan, mereka yang letih lesu dan berbeban berat, masyarakat umum yang tidak tahu apa-apa tentang Taurat, orang-orang kecil, yang paling kecil yang terakhir adalah domba yang hilang dari bangsa Israel, bahkan para pelacur. Mereka adalah orang yang mau tidak mau kuatir tentang hari esok (Mat.6:34) dan kuatir tentang apa yang dimakan dan dipakai (Mat 6:25). Yesus mengatakan orang-orang miskin akan selalu ada di tengah-tengah kamu.


            Bahan diskusi:

1.     Bagaimana sikap kita terhadap banyaknya orang miskin di sekitar kita???
2.     Kemiskinan merupakan fenomena yang sudah setua peradaban manusia, tetapi belum dapat dipahami sepenuhnya dan upaya untuk mengentaskannya belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Bahkan krisis ekonomi yang berkepanjangan di indonesia, pengangguran dan orang miskin baru semakin bertambah. Menurut saudara/(i) mengapa kemiskinan di negara kita semakin sulit ditemukan pemecahannya???
3.     Apa yang dimaksud dengan kemiskinan??(menurut pendapat anda)











Ketika membaca kitab Imamat, kita mungkin merasa aturan-aturan di dalamnya begitu berat. Kaku. Dingin. Tanpa kasih. Padahal, di dalamnya ada cerminan kasih, baik kasih Allah kepada manusia maupun kasih kepada sesama. Berikut ini aspek-aspek kasih yang ada dalam kitab Imamat :
1.  Pengampunan yang ditawarkan lewat persembahan kurban itu sendiri merupakan cerminan kasih Allah. Keadilan Allah menuntut Dia menghukum dosa. Tetapi kasih Allah menuntut Allah mengampuni dosa. Bagaimana agar keadilan dan kasih Allah ini bisa bertemu dan dipuaskan? Melalui kurban. Kurban itu harus mati sebagai ganti kematian orang yang berdosa untuk memuaskan keadilan Allah. Tetapi akibatnya, orang yang mempersembahkan kurban diampuni sehingga kasih Allah juga dipenuhi.
2.    Orang miskin yang melakukan dosa juga harus mempersembahkan kurban. Tetapi mereka tidak dituntut untuk mempersembahkan kurban yang di luar kemampuan mereka. Mereka dapat mengganti domba atau kambing dengan sepasang burung tekukur atau merpati muda yang tentu harganya jauh lebih murah. Kalaupun orang itu masih tidak mampu membeli burung tersebut, mereka bisa memberikan satu kilogram tepung (5:7-13).
3.     Ada sebuah ayat yang dikutip oleh Tuhan Yesus, dan kemudian menjadi ayat yang terkenal, seolah-olah itu suatu ajaran baru, yaitu: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ayat ini ditulis dalam Imamat 19:18, yang kemudian dikutip oleh Yesus ketika ditanyai tentang hukum yang terutama dalam hukum Taurat (Mat. 22:37-39). Bahkan ayat ini sebenarnya didahului oleh ayat-ayat yang menunjukkan kasih itu, “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu” (19:17) dan “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu” (19:18). Sesuatu yang ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Khotbah di Bukit.
4.     Aturan-aturan tentang budak juga menunjukkan kasih. Bangsa-bangsa lain memperlakukan budak tidak ubahnya seperti harta benda lainnya yang layak mereka perlakukan semau mereka, bahkan si tuan mungkin lebih menyayangi binatang peliharaannya daripada budaknya. Tetapi bangsa Israel dilarang untuk memperlakukan budak semena-mena dan bahkan harus dibebaskan pada tahun ketujuh dan di tahun pengembalian (19:20-22; 25:39-55; bandingkan dengan Kel. 21:1-11; Ul 15:12-18).
5.    Tanah orang yang jatuh miskin dan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, harus dikembalikan pada tahun pengembalian (25:8-17; 23-34).
6.    Orang yang jatuh miskin harus disokong agar bisa tetap hidup. Jika mereka masih harus berhutang, mereka tidak perlu membayar bunga. Jika mereka masih harus membeli makanan, maka makanan itu dijual kepada mereka tanpa keuntungan (25:35-38).
7.    Ketika Allah harus menghukum umat-Nya yang tidak mau taat, Allah tidak serta-merta membinasakan habis mereka. Hukuman tersebut diberikan secara bertahap agar mereka punya kesempatan untuk bertobat. Ketika akhirnya hukuman terberat diberikan yaitu memberikan tanah negeri itu kepada bangsa lain dan menyerak-nyerakkan umat-Nya ke bangsa-bangsa lain, Dia masih tetap mengingat umat-Nya dan berniat memulihkan mereka (26:14-45). Ini memang terjadi dalam sejarah bangsa Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar